Selain masalah terkait dengan ruang, kebiasaan menyimpan
barang yang tidak ringkas akan memperlambat proses kerja kita. Coba bayangkan
jikalau secara mendadak anda memerlukan suatu dokumen dan anda tidak tahu
dimana meletakkan dokumen tersebut. Anda pasti memerlukan waktu yang banyak
untuk membongkar area kerja untuk mencari dokumen tersebut. Selain waktu
terbuang, resiko lain yang mungkin terjadi adalah tercecernya dokumen-dokumen
lain yang mungkin suatu saat anda akan butuhkan. Ketika anda membutuhkannya,
pasti anda akan membuang waktu yang lebih banyak untuk mencarinya. Hal ini
seperti mata rantai, semakin anda tidak teratur dalam menyimpan
dokumen-dokumen, semakin kesulitan anda mencarinya, dan semakin banyak
mengalami banyak waste dama proses kerja. Anda memerlukan kerapian.
Rapi sering kali dianggap sepele dan cenderung jarang
dilakukan. Namun, hal yang sepele ini justru akan memberikan akibat yang fatal.
Hilangnya dokumen, proses kerja yang tertundakerusakan suatu barang karena
penyimpanan yang salah adalah akibat-akibat yang mungkin kita akan rasakan.
Oleh karena itu, kita perlu memikirkan mengenai kerapian didalam konteks kerja
kita.
Kerapian dapat dilakukan dengan mengatur barang-barang pada
tempat yang telah disiapkan agar mudah diakses dan lebih efektif. Kita dapat
memberikan label-label untuk memudahkan dalam mengakses dan meletakkan barang
yang berat di bagian bawah serta yang ringan di bagian atas. Kita juga perlu
membersihkan seluruh area kerja agar lebih resik. Mulailah dengan membersihkan
dari bagian paling atas dan lanjutkan ke bagian bawah sampai semua area
dibersihkan. Lalu, kita juga perlu melakukan penggantian untuk barang atau
perlengkapan yang mungkin sudah tidak layak, seperti kabel, lantai kerja yang
rusak, selang bocor, keran yang rusak dan sebagainya.
Kondisi area kerja yang sudah rapi dan resik harus terus
dijaga konsistensinya, buatlah standar proseduruntuk dijadikan acuan oleh
seluruh karyawan. Buatlah standar seperti warna label atau garis demarkasi di
area kerja. Standar ini harus disahkan dan diletakkan pada area yang
mudahdilihat oleh seluruh karyawan. Apabila kebiasaan sehari-hari ini dilakukan
secara teratur dan disiplin, kita akan berubah baik dalam kebiasaan,
sikap, dan budaya baik untuk diri kita
sendiri maupun terhadap tempat kita bekerja sehari-hari. Hal itulah yang akan
membanguncitra diri yang postitif dan berdampak kepada perusahaan atau organisasi
tempat kita bekerja. Hal ini sering kali dikenal sebagai metode 5R: Resik,
Rapi, Ringkas, Rawat, Rajin.
Untuk membantu agar penerapan konsep dalam membangun citra diri
positif yang telah dilakukan diatas dapat terus dijaga, maka kita bisa lakukan
dengan beberapa cara diantaranya pengembangan kesadaran karyawan dalam membuat
hal positif, melakukan pemeriksaan terhadap kelangsungan konsep tersebut,
melakukan kompetisi penilaian antar bagian yang sudah melaksanakannya,
melakukan kampanye berupa rambu, spanduk, banner,
dan lainnya, atau melakukan kompetisi terhadap ide perbaikan yang telah dilakukan.
Membangun budaya dengan citra diri positif di perusahaan
tidaklah semudah yang dibayangkan. Oleh karena itu, peranan level manajemen
sangat memegang peranan penting untuk memberikan contoh dan menjadi panutan
dalam membangun budaya citra diri positif di perusahaan. Aturan yang jelas dan
pelaksanaan evaluasi yang terus menerus sangat diperlukan, bila diperlukan
adanya aturan mengenai sanksi terhadap karyawan yang tidak melaksanakannya.
Sumber : Kompas