Pertama, jumlah
cicilan kredit perumahan atau apartemen. Secara umum, batasan maksimal yang
masih ideal untuk membayar cicilan pinjaman perumahan adalah 25 persen dari
penghasilan bersih yang diterima. Alokasi ini dihitung terhadap saldo pinjaman
perumahan yang dimiliki. Cara menghitungnya adalahcicilan KPR atau KPA bulanan
yang dibayarkan harus dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah penghasilan
sebulan. Waspada terhadap kondisi keuangan apabila jumlah cicilan pinjaman
perumahan yang dibayarkan diatas 25 persen dari penghasilan.
Selain itu, waspada
juga dengan saldo utang lain, seperti utang kartu kredit. Saran terbaik tentu
saja tidak punya utang kartu kredit setiap bulan dengan cara membayar lunas
tagihan saat jatuh tempo. Namun, apabila masih ada cicilan untuk membayar kartu
kredit, jumlah ideal sebaiknya tidak melebihi 10 persen dari penghasilan
bulanan.
Kedua, dana darurat
di rekening terpisah dengan rekening penerima gaji. Secara umum, jumlah minimal
dana darurat yang sebaiknya dimiliki setiap rumah tangga tiga kali dari
pengeluaran rutin bulanan. Misalnya pengeluaran rutin rumah tangga diluar
komitmen menabung adalah RP. 20 juta, maka saldo dana darurat yang wajib ada
Rp. 60 juta.
Namun, kondisi rumah
tangga juga ikut menentukan besaran dana darurat yang sebaiknya disiapkan. Faktor
lain yang mempengaruhi adalah jumlah tanggungan, banyaknya aset yang digunakan
(rumah dan kendaraan), serta kondisi kesehatan keluarga.
Ketiga, memiliki saldo
dana pensiun yang memadai. Mempersiapkan dana hari tua adalah tanggung jawab
setiap orang. Investasi untuk mempersiapkan dana pensiun, bukan sekedar
menabung, sebaiknya dilakukan. Seseorang yang saat ini berusia 30 tahun dan
berencana pensiun di usia 55 tahun, artinya masih punya waktu sekitar 25 tahun
untuk mengumpulkan dana pensiun.
Apabila dia menabung
Rp. 500.000 perbulan ditabung dengan suku bunga 3 persen pertahun, saldo dana
pensiun yang akan terbentuk secara metematis adalah Rp. 223 juta. Sementara jika
dia berinvestasi di reksa dana saham dengan potensi imbal hasil rata-rata 12
persen pertahun, saldo dana pensiun yang akan terbentuk secara metematis adalah
Rp. 950 juta. Selisih yang berbeda sekali, bukan?
Keempat, aset
investasi yang terdiversifikasi. Berapa banyak aset investasi yang dimiliki
rumah tangga? Keuangan yang sehat sebaiknya memiliki aset yang tersebar dalam
beberapa jenis kelas aset investasi. Misalnya jika seseorang yang berprofil
moderat memiliki aset investasi sejumlah Rp. 100 juta, setidaknya dana sebanyak
Rp. 25 juta ditempatkan di deposito dan Rp. 25 juta ditempatkan di instrumen
beresiko sedang.
Kelima, memiliki
proteksi atas jiwa, kesehatan, dan aset pribadi. Asuransi adalah produk
keuangan yang bisa memberikan fungsi proteksi terhadap kondisi keuangan rumah
tangga. Semua anggota keluarga sebaiknya memiliki asuransi kesehatan karena
resiko sakit dapat menimpa setiap orang yang
akan berdampak pada kondisi keuangan rumah tangga.
Jika seseorang punya
tanggungan seperti pasangan dan anak, asuransi jiwa murni wajib dimiliki yang
memiliki tanggungan saja. Apabila ada aset lain, seperti rumah atau mobil, aset
juga sebaiknya dilindungi dengan produk proteksi.
Kelima ciri diatas
secara bersamaan akan mengidikasikan kondisi keuangan yang sehat. Artinya,
punya dana darurat tanpa punya dana pensiun menunjukkan keuangan belum 100
persen sehat meskipun sakitnya juga tidak parah. Seseorang dapat menemukan
kelima ciri tersebut apabila rajin melakukan evaluasi kesehatan keuangan atau
apa yang dikenal istilah financial check-up.
Untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, setiap rumah tangga sebaiknya punya rencana keuangan. Untuk memulai
sebuah rencana keuangan, selalu lakukan evaluasi atau financial check-up terlebih dahulu. Punya rencana keuangan tidak
menjamin kehidupan rumah tangga pasti akan kaya raya. Namun, tanpa memulai
keuangan yang sehat, hampir mustahil berbagai tujuan keuangan akan dapat
terwujud. Live a beautiful life!
Sumber : Prita Hapsari Ghozie