Beberapa minggu terakhir ini,
perhatian publik banyak tersedot oleh perhelatan piala dunia 2018. Banyak Negara
bertabur pemain bintang diharuskan “pulang kampung” terlebih dahulu dikarenakan tidak mampu melanjutkan ke babak
berikutnya sebut saja Jerman dengan Thomas Mueller, Spanyol dengan Diego Costa,
Argentina dengan Lionel Messi, ataupun Portugal dengan Cristiano Ronaldo.
Sebagai pemain penyerang,
Mueller, Costa, Messi, ataupun Ronaldo sangat sering tampil dibagian terdepan. Bagian
yang menarik adalah dalam setiap tim atau unit organisasi selalu ada saja
individu yang menonjol, ibaratnya dalam sebuah film, disebut individu tersebut
berperan sebagai aktor pemain utama.
Sering kali bagian yang
terlupakan adalah dibelakang setiap pemain atau aktor pemain utama, selalu ada
aktor pendukung yang tidak kalah penting untuk fungsi ataupun perannya. Di belakang
Mueller, Costa, Messi, ataupun Ronaldo selalu ada pemain-pemain hebat yang
mendukung mereka, sebut saja Toni Kroos
di Jerman, andre Iniesta di Spanyol, Angel Di Maria di Argentina, dan
Ricardo Quaresma di Portugal. Bahkan di belakang Frodo Bagins karakter Hobbit
di dalam film Lord Of The Rings,
tokoh utama yang mengalahkan seruman sang penyihir jahat, terdapat Samwise
Gamgee. Samwise adalah tukang cuci, sahabat sekaligus penolong Frodo pada
detik-detik terakhir ketika Frodo dalam kondisi kesulitan.
Didalam suatu organisasi selalu
ada unit, departemen atau divisi yang menjadi ujung tombak organisasi. Namun,
selain itu juga terdapat unit, departemen, atau divisi yang berperan sebagai
support untuk mendukung “ujung tombak” organisasi. Tujuan utama dari organisasi
adalah untuk memastikan organisasi tersebut dapat bekerja dengan baik melalui
alat ukur yang jelas. Tanpa alat ukur yang jelas, tidka mudah untuk bisa
menggerakan individu atau unit untuk berkinerja secara maksimal.
Tantangannya adalah jika alat
ukur dan system dan system pengukurannya yang diterapkan dalam suatu organisasi
tidak jelas dan transparan. Isu yang akan muncul adalah kecemburuan satu unit
dengan unit yang lain. Statement yang
sering muncul misalnya “wah enak banget si anu di unit anu. Kerjaannya tiap
hari hanya duduk dikantor siapin laporan, sementara kita dilapangan harus bertemu
dengan berbagai macam risiko”. Sementara itu, yang bagian dikantor mengatakan, “enak
sekali si anu dari unit anu, dia bisa jalan-jalan tidak perlu datang kekantor
setiap hari, bonusnya lebih banyak lagi.”
Idealnya muncul pemahaman bahwa
setiap individu dalam suatu unit sudah memiliki alat ukurnya masing-masing. Apabila
terdapat ketidakpuasan dalam sebuah unit, si individu bisa pindah ke unit yang
dianggapnya lebih baik selama yang bersangkutan memenuhi kualifikasi pekerjaan
yang dibutuhkan. Adanya pengukuran didalam sebuah unit diharapkan bisa
mendorong prilaku-prilaku terbaik sesuai fungsi dari unit tersebut. Penjaga gawang
dan pemain penyerang tidak bisa diukur keberhasilannya dalam mencetak gol. Penjaga
gawang diukur keberhasilannya dalam melakukan penyelamatan ketika gawang
diserang lawan.
Pada akhirnya, pengukuran
individu dalam suatu unit akan diukur berdasarkan fungsi utama dari unit itu,
apakh sebagai unit utama (core) atau
unit penunjang (support). Pengukuran yang
tepat akan berdampak pada keputusan yang
tepat seperti kata salah satu bapak manajemen modern, yakni Peter F Drucker, “What
Gets Measured, Gets managed.”
Sumber : DjunaidiBaharuddin