07 April 2018

Produk "Engagement" Dalam Bisnis

Bulan lalu, ketika menghampiri makanan cepat saji yang merupakan salah satu waralaba di kawasan bandar udara satu kota kecil, tampak seorang pria muda yang bersiap untuk membuka dagangannya. waktu yang digunakan untuk membuka dagangannya pukul satu siang. Sembari membeli dagangannya, saya tergelitik umtuk bertanya alasannya. jawbannnya sangat sederhana, yaitu karena ia baru datang. Sepanjang menyiapkan makanan, tampak gerak-geriknya kurang semangat dan cenderung lamban. Ketika diperhatikan lebih lama, ia lebih sering asyik sendiri dengan telepon genggamnya.

Ada pemandangan berbeda pada toko kedua yang persis berada disebelah toko pertama. Pelanggannya tergolong ramai dan pramusajinya sangat sigap sehingga kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan cepat. Walaupun berbeda nama, jenis makanan yang disajikan hampir serupa. Pelanggan seolah terbiasa untuk membeli ditempat ini, sedangkan toko sebelah yang baru buka, tetap saja sepi. Mungkin penyebab sepinya toko itu hukan saja soal rasa yang menjadi kendala dalam hal ini karena usaha waralabanya hampir serupa. Akan tetapi, senyum, sapa, dan keinginan pramusaji untuk memberikan pelayanan terbaik pasti dapat memberikan kesan yang berbeda kepada setiap pelanggan.

Peristiwa sederhana ini adalah salah satu cerminan bahwa setiap karyawan dalam sebuah usaha, organisasi, atau perusahaan mampu memberikan dampak kepada bisnis, baik positif maupun negatif. Karyawan yang memiliki semangat melayani dan giat bekerja secara langsung akan berdampak pada bisnis, terutama untuk usaha yang bergerak bidang jasa atau usaha yang membutuhkan frontliner dalam berhadapan langsung dengan para pelanggannya. Lantas bagaimana cara membuat karyawan mampu menampilkan sikap yang profesional dihadapan pelanggan seperti pada toko yang kedua? Apakah ini semua tentang kompetensi?

karyawan yang memiliki kompetensi serupa belum  tentu memberikan dampak yang sama pada perusahaan. Ada aspek lain yang berperan dalam hal ini, yaitu komitmen dari karyawan untuk bekerja sebagai perwakilan dari perusahaan. Karyawan yang tidak memiliki komitmen terhadap tugas dan organisasinya akan melakukan hal yang sebaliknya, yaitu setiap tugas cukup diselesaikan seperti biasa sesuai dengan aturan dan tidak perlu memberikan lebih bila tidak dipaksa.

Bila ditelaah lebih dalam, Gallup (2010) pernah memberikan pemaparan yang lebih ekstrem mengenai karyawan yang komit kepada organisasinya. Dikatakan bahwa perusahaan yang masuk dalam kategori kelas dunia, memiliki rasio karyawan yang engaged dengan non-engaged sebesar 9:1. Sementara itu, perusahaan dengan kategori  rata-rata memiliki rasio sebesar 2:1. Rasio ini  berbicara bahwa apa yang dirasakan oleh karyawan tercermin pada prilaku dan berdampak  lebih jauh lagi kepada bisnis.

Apa itu karyawan yang engage? Karyawan yang mampu memberikan komitmen tinggi kepada perusahaan dan merasa puas dengan apa yang telah diberikan oleh perusahaan adalah karyawan yang engage. Engagement atau keterlekatan karyawan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya ialah lingkungan kerja, kebijakan perusahaan, kompensasi yang didapatkan, prilaku atasan dan rekan kerja, serta banyak lagi hal lainnya. Kebijakan perusahaan termasuk juga tingkat maturitas organisasi dalam mengelola SDM.

Secara umum, karyawan yang actively engage memiliki tiga hal utama yang terlihat jelas dalam prilakunnya sehari-hari, yaitu bersedia memberikan hasil kerja optimal melampaui target yang diminta dan mencegah adanya pelayanan buruk atau produk yang tidak berkualitas (strive hard), memiliki keinginan yang rendah untuk meninggalkan perusahaan (stay long), dan secara sadar mampu mempromosikan brand dari perusahaan (say nice). Kombinasi antara komitmen dan kepuasaan ini mampu mendongkrak performa dan kinerja perusahaan serta meningkatkan nilai produktivitas setiap karyawan. Tentu saja kombinasi ini tidak terjadi begitu saja melainkan perlu adanya program-program thematic dan terstruktur yagn perlu dirancang dan dievaluasi setiap tahunnya. Tentu perusahaan tidak ingin menjalankan bisnisnya dengan karyawan seperti pada toko pertama bukan? Maka mulailah merancang program pengelolaan SDM yang komperhensif, mulai dari menarik, mengembangkan, hingga mempertahankan setiap talenta yang ada agar investasi yang sudah diberikan tidak sia-sia dan pertumbuhan bisnis tetap terjaga  


Created By : Kartika Indradjaja