Bulan lalu, ketika menghampiri makanan cepat saji yang merupakan salah satu waralaba di kawasan bandar udara satu kota kecil, tampak seorang pria muda yang bersiap untuk membuka dagangannya. waktu yang digunakan untuk membuka dagangannya pukul satu siang. Sembari membeli dagangannya, saya tergelitik umtuk bertanya alasannya. jawbannnya sangat sederhana, yaitu karena ia baru datang. Sepanjang menyiapkan makanan, tampak gerak-geriknya kurang semangat dan cenderung lamban. Ketika diperhatikan lebih lama, ia lebih sering asyik sendiri dengan telepon genggamnya.
Ada pemandangan berbeda pada toko kedua yang persis berada disebelah toko pertama. Pelanggannya tergolong ramai dan pramusajinya sangat sigap sehingga kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan cepat. Walaupun berbeda nama, jenis makanan yang disajikan hampir serupa. Pelanggan seolah terbiasa untuk membeli ditempat ini, sedangkan toko sebelah yang baru buka, tetap saja sepi. Mungkin penyebab sepinya toko itu hukan saja soal rasa yang menjadi kendala dalam hal ini karena usaha waralabanya hampir serupa. Akan tetapi, senyum, sapa, dan keinginan pramusaji untuk memberikan pelayanan terbaik pasti dapat memberikan kesan yang berbeda kepada setiap pelanggan.
Peristiwa sederhana ini adalah salah satu cerminan bahwa setiap
karyawan dalam sebuah usaha, organisasi, atau perusahaan mampu memberikan dampak
kepada bisnis, baik positif maupun negatif. Karyawan yang memiliki semangat
melayani dan giat bekerja secara langsung akan berdampak pada bisnis, terutama
untuk usaha yang bergerak bidang jasa atau usaha yang membutuhkan frontliner dalam berhadapan langsung
dengan para pelanggannya. Lantas bagaimana cara membuat karyawan mampu
menampilkan sikap yang profesional dihadapan pelanggan seperti pada toko yang kedua? Apakah ini semua tentang kompetensi?
karyawan yang memiliki kompetensi serupa belum tentu memberikan dampak yang sama pada
perusahaan. Ada aspek lain yang berperan dalam hal ini, yaitu komitmen dari
karyawan untuk bekerja sebagai perwakilan dari perusahaan. Karyawan yang tidak
memiliki komitmen terhadap tugas dan organisasinya akan melakukan hal yang
sebaliknya, yaitu setiap tugas cukup diselesaikan seperti biasa sesuai dengan aturan
dan tidak perlu memberikan lebih bila tidak dipaksa.
Bila ditelaah lebih dalam, Gallup (2010) pernah memberikan
pemaparan yang lebih ekstrem mengenai karyawan yang komit kepada organisasinya.
Dikatakan bahwa perusahaan yang masuk dalam kategori kelas dunia, memiliki rasio
karyawan yang engaged dengan non-engaged sebesar 9:1. Sementara itu, perusahaan
dengan kategori rata-rata memiliki rasio
sebesar 2:1. Rasio ini berbicara bahwa
apa yang dirasakan oleh karyawan tercermin pada prilaku dan berdampak lebih jauh lagi kepada bisnis.
Apa itu karyawan yang engage? Karyawan yang mampu memberikan
komitmen tinggi kepada perusahaan dan merasa puas dengan apa yang telah
diberikan oleh perusahaan adalah karyawan yang engage. Engagement atau
keterlekatan karyawan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya ialah
lingkungan kerja, kebijakan perusahaan, kompensasi yang didapatkan, prilaku
atasan dan rekan kerja, serta banyak lagi hal lainnya. Kebijakan perusahaan
termasuk juga tingkat maturitas organisasi dalam mengelola SDM.
Secara umum, karyawan yang actively engage memiliki tiga hal
utama yang terlihat jelas dalam prilakunnya sehari-hari, yaitu bersedia
memberikan hasil kerja optimal melampaui target yang diminta dan mencegah
adanya pelayanan buruk atau produk yang tidak berkualitas (strive hard), memiliki keinginan yang rendah untuk meninggalkan
perusahaan (stay long), dan secara
sadar mampu mempromosikan brand dari perusahaan
(say nice). Kombinasi antara komitmen
dan kepuasaan ini mampu mendongkrak performa dan kinerja perusahaan serta
meningkatkan nilai produktivitas setiap karyawan. Tentu saja kombinasi ini
tidak terjadi begitu saja melainkan perlu adanya program-program thematic dan
terstruktur yagn perlu dirancang dan dievaluasi setiap tahunnya. Tentu perusahaan
tidak ingin menjalankan bisnisnya dengan karyawan seperti pada toko pertama
bukan? Maka mulailah merancang program pengelolaan SDM yang komperhensif, mulai
dari menarik, mengembangkan, hingga mempertahankan setiap talenta yang ada agar
investasi yang sudah diberikan tidak sia-sia dan pertumbuhan bisnis tetap
terjaga
Created By : Kartika Indradjaja